Jaringan Caleg Dari Dapil Warkop

Jaringan Caleg Dari Dapil Warkop

Kalau para caleg tidak pernah nongkrong di warkop, jangan harap Anda terpilih

Kalimat itu saya lihat dalam meme dengan gambar latar belakang segelas kopi, yang diposting seorang teman di situs jejaring sosial Facebook, yang muncul pada dinding akun saya, namanya Misfar Larengi.

Bagi saya cukup menarik dan menggelitik, sayapun tertarik untuk menanggapi meme itu dalam bentuk motion tertawa lebar, serta komentar bernada candaan sekenanya. Komentar bernada candaan sayapun ditanggapi sekenanya.

baca :
Via Valen Rebut Kopi Lambada Dari Fahmi Shahab
Kopi Transmigran Blitar di Morowali

Mungkin, postingan itu merupakan saran dan masukan kepada para caleg. Tetapi mungkin jadi hanya postingan satir sarkas karena melihat banyaknya caleg, politisi dan beberapa orang yang menganggap dirinya sebagai figur publik, yang sekalipun tak pernah melepaskan dirinya dari Warung Kopi.

Memang, bagi sebagian orang-orang tertentu, nongkrong di warkop telah menjadi kebutuhan, entah itu untuk menunjukkan eksistensi, gaya hidup atau semata untuk gengsi. Karena memang rata-rata warkop menjadi tempat berkumpul orang-orang mapan dan “sukses”.

Dengan obrolan multitema dimulai sejak pagi hari hingga batas buka warkop oleh orang-orang lintas usia, tentu warkop menjadi tempat mengasyikkan. Tetapi, warkop juga bisa menjadi tempat paling menyiksa bagi sebagian orang yang menganggap bahwa waktu adalah kerja dan uang.

baca :
Kopi Tumbo, Tumbuh Diantara Pepohonan Sagu
Kopi Kulawi, Pesona Pinggiran Lembah Palu

Tidak semua pengunjung warkop merupakan orang yang telah mapan secara ekonomi, contohnya saya sendiri. Karena saya akan berkunjung ke wakop jika ada ajakan dari seseorang, tentunya gratis, karena hanya diundang; dan memang jika hendak berkunjung dengan kesengajaan saya nyaris tak pernah memiliki uang lebih, sehingga saya akan sangat bergembira jika ada ajakan.

Kegemaran banyak rekan, kawan, sahabat atau teman saya nongkrong di warkop dapat saya pantau dan perhatikan melalui postingan di akun-akun media sosial miliknya.

baca :
Kopi Dangdut, Eksistensi Dalam Gempuran Produk Import
Catatan Seorang Jurnalis Usai Ngopi Bersama Caleg Dhuafa

Karena tema obrolan di warkop hampir dapat dipastikan linier dengan postingan di media sosial facebook. Mereka gemar beradu argumen didarat (warkop) dan didarat (media sosial), entah apa maksud dan tujuannya. Biasanya terkait dengan pilihan politik masing-masing. Istilah orang Palu Sulawesi Tengah “baku gara”.

Diskusi panjang, berat dan melipat yang terjadi di warkop, juga hampir dapat dipastikan ada terselip kalimat pujian terselubung, istilah orang Palu “batende” , memuji untuk maksud dibayarkan kopi yang telah dia nikmati dari salah satu diantara mereka.

baca : Facebook Renggut Kemampuan Meracik Kopi Seorang Istri

Atau bahkan juga dengan kalimat penuh tekanan agar dibayarkan, misal disinggung soal pekerjaan proyek APBD/APBN yang tengah dia garap. Juga singgungan soal statusnya sebagai caleg.

Tapi memang begitulah tradisi kehidupan di warkop. Makanya komentar saya pada postingan meme pak Misfar Larengi itu adalah, “Caleg yang rajin datang ke warkop, yang diperoleh kalau bukan dukungan ya patende (pujian dengan maksud terselubung), soalnya harus bayarkan kopi,”.

baca : Seperti Apakah Kopi ter - Enak di Dunia

Sebagai caleg dan kader partai, memang harus saya akui kalau saya tidak suka nongkrong di warkop. Dengan alasan pertama, dapil tempat saya maju berada dipinggiran. Kedua tidak ada sedikitpun keuntungan elektoral. Ketiga tidaklah elok jika sebagai politisi pemula, kemudian saya menghabiskan waktu secara percuma nongkrong di warkop, karena bagaimana saya bisa menyelami kehidupan konstituen jika saya lebih banyak bergaul di tempat yang cenderung elitis itu.

Kemudian yang terpenting secara elektoral, seperti peribahasa yang diucapkan salah satu pimpinan lembaga konsultan politik, “Jika hendak menangkap kelelawar, jangan saat dia terbang, tetapi datangi sarangnya dan tangkap,”.


Jaringan Caleg Dari Dapil Warkop Jaringan Caleg Dari Dapil Warkop Reviewed by p on 9/11/2018 Rating: 5

No comments: