Inilah Wasiat Gus Dur Tentang Kopi


Inilah Wasiat Gus Dur Tentang Kopi

Kita semua mahfum, dari mendiang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dalam berbagai hal kita sering memperoleh suatu petuah dan nasehat bijak, yang selalu disampaikan dengan jenaka.  Gus Dur selalu menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan caranya sendiri, tidak marah, tidak menyalahkan dan tidak menyinggung, tetapi ucapan-ucapan beliau selalu mengena dan mudah melekat dalam qalbu.

baca juga :

Tak terkecuali nasehat beliau melalui media kata Kopi. Berikut nasehat Gus Dur tentang kopi, yang menurut beliau pada dasarnya dalam minuman kopi terdiri dari 3 unsur, yaitu  Kopi, Gula, Rasa.

Menurut Gus Dur, ketiga unsur dalam minuman kopi tersebut memiliki filosofi yang sangat mendalam yang digambarkan sebagai berikut, dimana Kopi merupakan simbol orang tua/wali, kemudian Gula sebagai sosok guru, dan Rasa merupakan simbol seorang siswa.

Bagaimanakah maksudnya? misal, jika kopi terlalu pahit; lantas siapa yang salah?, dalam kasus ini tentunya Gula menjadi pihak salah, karena kuantitas yang tidak terpenuhi sehingga 'Rasa' kopi menjadi pahit.

Contoh kasus kedua adalah, jika secangkir kopi terlalu manis, lantas siapakah yang salah dalam kasus ini?, jawabannya adalah 'Gula' lagi, karena terlalu banyak hingga "Rasa" kopi menjadi terlalu manis.
Kasus berikutnya adalah, ketika komposisi takaran antara Kopi dan Gula seimbang, dan sesuai dengan lidah kita, siapakah yang mendapat apresiasi. Yah, jawabnya adalah 'Kopi', biasanya dalam bentuk ucapan, 'Kopinya mantab', kalau orang Sulawesi Tengah begini, 'Pe sadap ini kopi le,'.
Hikmah atau pelajaran dari tiga kasus diatas adalah, kurang lebih seperti kasus dalam dunia pendidikan kita, dimana Guru (gula) biasanya akan menjadi pihak yang salah ketika sang murid (rasa) mengalami kesalahan, terlalu manis penyebab diabetes atau terlalu pahit.

Tetapi ketika murid (rasa) itu mantap, baik atau berprestasi, maka orang tua si murid yang biasanya akan berdiri berkacak pinggang sambil menepuk dadanya, "Anak siapa dulu,"

Maka, sebenarnya menjadi ikhlas seperti Gula adalah sifat mulia. Karena gula tak tampak diri, karena dia telah melarutkan diri kedalamnya, tetapi dia sangat penting lagi bermakna.

Karena meski Gula Pasir itu telah memberi Rasa Manis pada Kopi, tapi orang akan menyebutnya Kopi Manis, bukan Kopi Gula.

Begitu pula ketika Gula Pasir memberi Rasa Manis pada secangkir Teh, orang menyebutnya Teh Manis, bukan Teh Gula.

baca juga :
Sejarah Kopi

Tidak ada yang menyebut Roti Gula, melainkan Roti Manis. Orang menyebut Syrup Pandan, Syrup Apel, Syrup Jambu, tidak ada satupun orang yang menyebut Syrup Gula, meski berbahan dasar Gula.

Meski selalu dilupakan, tetapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis. Akan tetapi ketika berhubungan dengan penyakit, maka gula merupakan pihak terdakwa utama, Penyakit Gula.

Kira - kira begitulah hidup, kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang. Sebaliknya kesalahan kita yang akan dibesar-besarkan.

Maka, ikhlaslah seperti gula, larutlah seperti gula. Tetaplah jaga semangat untuk memberi kebaikan. Tetap jaga semangat untuk menebar kebaikan.

Karena hakikatnya kebaikan tidak untuk disebut, tetapi kebaikan adalah untuk dirasakan.
Ikhlaslah.

Inilah Wasiat Gus Dur Tentang Kopi Inilah Wasiat Gus Dur Tentang Kopi Reviewed by p on 5/08/2019 Rating: 5

No comments: