Kita
semua mahfum, dari mendiang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dalam berbagai
hal kita sering memperoleh suatu petuah dan nasehat bijak, yang selalu
disampaikan dengan jenaka. Gus Dur selalu
menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan caranya sendiri, tidak marah, tidak
menyalahkan dan tidak menyinggung, tetapi ucapan-ucapan beliau selalu mengena
dan mudah melekat dalam qalbu.
baca juga :
Meraih Sejuta Cinta Ilahi Dari Secangkir Kopi Buatan Istri
Sejuta Harap Dari Kata 'Ngopi Yuk'
Pak #Jokowi, Ibu Kota Pindah ke Palu, di Sini Banyak Warkop
#Warung Kopi ILEGAL Pasca Pemilu 2019
Tak
terkecuali nasehat beliau melalui media kata Kopi. Berikut nasehat Gus Dur
tentang kopi, yang menurut beliau pada dasarnya dalam minuman kopi terdiri dari
3 unsur, yaitu Kopi, Gula, Rasa.Sejuta Harap Dari Kata 'Ngopi Yuk'
Pak #Jokowi, Ibu Kota Pindah ke Palu, di Sini Banyak Warkop
#Warung Kopi ILEGAL Pasca Pemilu 2019
Menurut
Gus Dur, ketiga unsur dalam minuman kopi tersebut memiliki filosofi yang sangat
mendalam yang digambarkan sebagai berikut, dimana Kopi merupakan simbol orang
tua/wali, kemudian Gula sebagai sosok guru, dan Rasa merupakan simbol seorang
siswa.
Bagaimanakah
maksudnya? misal, jika kopi terlalu pahit; lantas siapa yang salah?, dalam
kasus ini tentunya Gula menjadi pihak salah, karena kuantitas yang tidak
terpenuhi sehingga 'Rasa' kopi menjadi pahit.
Contoh
kasus kedua adalah, jika secangkir kopi terlalu manis, lantas siapakah yang
salah dalam kasus ini?, jawabannya adalah 'Gula' lagi, karena terlalu banyak
hingga "Rasa" kopi menjadi terlalu manis.
Kasus
berikutnya adalah, ketika komposisi takaran antara Kopi dan Gula seimbang, dan
sesuai dengan lidah kita, siapakah yang mendapat apresiasi. Yah, jawabnya
adalah 'Kopi', biasanya dalam bentuk ucapan, 'Kopinya mantab', kalau orang Sulawesi
Tengah begini, 'Pe sadap ini kopi le,'.
Hikmah
atau pelajaran dari tiga kasus diatas adalah, kurang lebih seperti kasus dalam
dunia pendidikan kita, dimana Guru (gula)
biasanya akan menjadi pihak yang salah ketika sang murid (rasa) mengalami kesalahan, terlalu manis penyebab diabetes atau
terlalu pahit.
Tetapi
ketika murid (rasa) itu mantap, baik
atau berprestasi, maka orang tua si murid yang biasanya akan berdiri berkacak
pinggang sambil menepuk dadanya, "Anak siapa dulu,"
Maka,
sebenarnya menjadi ikhlas seperti Gula adalah sifat mulia. Karena gula tak
tampak diri, karena dia telah melarutkan diri kedalamnya, tetapi dia sangat
penting lagi bermakna.
Karena
meski Gula Pasir itu telah memberi Rasa Manis pada Kopi, tapi orang akan menyebutnya
Kopi Manis, bukan Kopi Gula.
Begitu
pula ketika Gula Pasir memberi Rasa Manis pada secangkir Teh, orang menyebutnya
Teh Manis, bukan Teh Gula.
baca juga :
Sejarah KopiTidak ada yang menyebut Roti Gula, melainkan Roti Manis. Orang menyebut Syrup Pandan, Syrup Apel, Syrup Jambu, tidak ada satupun orang yang menyebut Syrup Gula, meski berbahan dasar Gula.
Meski
selalu dilupakan, tetapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis. Akan
tetapi ketika berhubungan dengan penyakit, maka gula merupakan pihak terdakwa
utama, Penyakit Gula.
Kira
- kira begitulah hidup, kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut
orang. Sebaliknya kesalahan kita yang akan dibesar-besarkan.
Maka,
ikhlaslah seperti gula, larutlah seperti gula. Tetaplah jaga semangat untuk memberi
kebaikan. Tetap jaga semangat untuk menebar kebaikan.
Karena
hakikatnya kebaikan tidak untuk disebut, tetapi kebaikan adalah untuk dirasakan.
Ikhlaslah.
Inilah Wasiat Gus Dur Tentang Kopi
Reviewed by p
on
5/08/2019
Rating:
No comments: