Bahwa kopi adalah gaya hidup--inilah salah satu bukti versi
saya. Dalam film layar lebar karya sutradara Ody C. Harahap—“Punk in Love”,
yang dibintangi Vino Bastian dan Yogi Finanda. Dalam satu adegan mereka bertemu
dengan sekelompok pengamen, kemudian ada dialog “Lagu apa ini, kok aneh,”.
Pada awal cerita juga terdengar lagu yang dipopulerkan musisi dangdut senior Meggy. Z “ Anggur
Merah”, yang dinyanyikan dengan vocal khas rock.
Entah apa maksudnya, namun dalam adegan itu saya menangkap
ada semacam keheranan mereka dari anak-anak
punk itu, walaupun mereka-- baik didunia nyata maupun dunia sandiwara--
terlahir di lingkungan adat dan budaya yang jauh dari golongan Skinhead.
-------
Dalam blantika musik dangdut Indonesia, tercatat artis yang
mempopulerkan musik dangdut dengan tema yang menyerempet Kopi, dia adalah Fahmi
Sahab dengan Kopi Dangdut dan Kopi Lambada. Kemudian ada Joni
Iskandar dengan lagunya yang berjudul Secangkir
Kopi.
Kopi Dangdut milik
Fahmi Sahab adalah yang sangat populer—bahkan hingga saat ini. Jika Anda
berselancar di google, maka Anda akan dapati lagu ini telah diaransemen menjadi
aneka jenis musik, bukan hanya dangdut milenia (baca: dangdut koplo
pantura) , tetapi juga digubah
kedalam versi pop, reggae bahkan juga rock.
Itulah nikmatnya Kopi Dangdut--- tetapi, para penggubah atau
pengaransemen ulang kopi dangdut adalah para profesional musik yang bukan dari
kalangan ‘elit’ musisi. Menurut saya, penggubah dan pengaransemen Kopi Dangdut,
adalah seniman-seniman potensial yang kemudian untuk bisa tampil atau manggung
di televisi harus melalui cercaan dan cacian sejumlah musisi yang dianggap
lebih mahir, dalam acara khusus televisi yang disebut dengan audisi.
Padahal audisi itu sendiri adalah program kapitalisasi
musik, dalam artian murni bisnis, yang bertujuan untuk memperoleh dana dari
sponsorship. Dari situlah kemudian saya sendiri sangat tidak merasa nyaman
untuk menonton acara audisi apapun.
Sebenarnya Indonesia memiliki bakat-bakat musisi yang luar
biasa, dan tanpa harus mengikuti audisi apapun mereka mampu menciptakan pasar
sendiri. Dan hebatnya tanpa harus menjiplak genre musik dari luar negeri--
semisal K-pop ataupun hiphop.
Dangdut Koplo
Mungkin satu-satunya band papan atas tanah air yang memberi
apresiasi terhadap genre dangdut hanyalah Project-Pop,
melalui lagunya yang berjudul “Dangdut
music is my country”. Gado-gado warna musik dalam single ini sangat
menarik, pasalnya selain dangdut, ada pop dan juga rock.
Kembali ke soal dangdut koplo ini, meski dalam blantika
musik tanah air secara umum tidak mendapat apresiasi, ini nampak dari event-event nasional atau yang
diselenggarakan stasiun televisi kurang atau bahkan tidak memberi ruang pada
dangdut koplo.
Meski demikian, toh dangdut koplo lahir dan besar sangat
cepat dan pesat dalam kehidupan masyarakat, yang tidak mengenal strata ekonomi
dan sosial.
Memang, dangdut koplo adalah musik rakyat, bahkan ada yang
bilang musik menengah ke bawah. Kenapa, karena tidak ada kafe, bar atau warkop
yang menampilkan live music dari genre dangdut.
Tapi..ah—sudahlah, dangdut tetap akan hidup dan berkembang.
Grup-grup dan penyanyi dangdut ‘kampungan’ akan tetap bersandingan dengan
rakyat.
#Bangsa(t)_Kopi
#Kopi_Bangsa(t)
#Kopi_Panas
#Cangkir_Kopi
#BeJo_BaPer
#Kopi_Bangsa(t)
#Kopi_Panas
#Cangkir_Kopi
#BeJo_BaPer
Kopi Dangdut, Eksistensi Dalam Gempuran Produk Import
Reviewed by p
on
11/30/2017
Rating:
No comments: