Boom Penistaan

Tragedi berdarah berupa ledakan boom Tiga Gereja di Kota Surabaya pada Minggu, 13 Mei 2018 menimbulkan banyak tanya bagi banyak kalangan. 

Pasalnya kota yang dikenal dengan kata "Jancuk" itu selama ini dikenal tenang dan aman dari aksi terorisme. Dan sejak peristiwa itu, kata Jancuk makin meng-Indonesia dengan hastag-hastag, misal #TerorisJancuk, yang; mungkin jika di daerah lain akan berupa #FuckTeroris.

baca:  KOPI DANGDUT, EKSISTENSI DALAM GEMPURAN PRODUK IMPORT

Tetapi, yang terpenting adalah; blog ini bukan hendak berlatah-latahan ikut membahas soal Terorisme, karena blog yang sebenarnya bertemakan Kopi dan Ngopi ini. 

Akan tetapi sebagai bentuk kekecewaan pribadi saya, karena sahabatku yang seorang seniman - budayawan, Jabbar Abdullah, yang saat ini sedang fokus mendalami seni budaya Ludruk, dalam status-statusnya di sosial media facebook akhir-akhir ini nampak murka dengan aksi peledakan bom di tiga gereja sekaligus pada minggu berdarah itu.

baca:   KOPI ADALAH MANIVESTASI CINTA SEORANG ISTRI 

Nampaknya Cak Jabbar sangat terganggu aktifitas ngopinya akibat peristiwa itu. Dan saya memakluminya, karena beberapa alasan, tetapi tidak ingin saya utarakan dalam tulisan ini; karena menyangkut latar belakang motivasi pemboman sang boomber yang telah tewas.

Kembali ke judul, bahwa aksi pengeboman di tiga gereja yang adalah penistaan agama; karena saat beraksi para boomber menggunakan simbol-simbol agama, contoh nyatanya adalah si pelaku wanita berpakaian "Brukut" (tertutup seluruh bagian tubuh) ciri khas seorang muslimah; cadar.

baca : POLITIK KOPI , KOPI POLITIK 

Untuk itulah, banyak pihak; baik yang seagama maupun yang berbeda agama, langsung menyebut dan mengaitkan para boomber dengan berbagai peristiwa peledakan boom di Indonesia yang mengakui jika aksinya mereka sebut dengan "Jihad" ataupun 'amaliyat'.

Reaksi atas kegiatan terlarang itupun banyak yang mengutuk, karena penghilangan nyawa orang dengan motivasi agama adalah "sesat". Karena Tuhan dan Agama tidak mengajarkan pemeluknya untuk membunuh orang lain yang sedang beribadah, dimana terdapat umat dari berbagai, mulai usia Manula hingga Balita. 

baca : ROMANTIKA KOPI 

Nah, cacian wal makian kepada para pelaku pemboman tidak hanya dari pihak yang seagama dengan korban, bahkan dari yang seagama. Tetapi sebenarnya pihak pengutuk tidak melihat agama pelaku, meski ada tapi kecil, melainkan sikap pengutuk karena kesadaran bahwa negara ini memang sangat beragam, multikultur, multietnik singkatnya multi dimensi dibawah naungan Pancasila - Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bahkan tidak berselang lama dari peristiwa ledakan, langsung bermunculan di jagat maya sejenis counter issu bahwa Islam Bukan Teroris dan Cadar Bukan Teroris.

Apakah, kalimat-kalimat pembelaan terhadap Islam maupun identitas seorang muslim itu benar dari keluarnya bermula dari seorang, atau dari pihak lain yang menampilkan diri sebagai seorang muslim. 

Lantas, kalau itu dari pihak selain muslim tujuannya apa? Tentu untuk mengaduk-aduk keadaan batin seseorang hingga bangkit emosinya untuk ikut membantah bahwa pengebom bukan Islam, sembari ditambahi bahwa itu hanya settingan untuk memojokkan Islam wal muslim.

Lha... kemudian apakah pelaku itu bukan muslim. Atau; pihak lain yang didapuk menjadi seorang muslim. 

Karena ada oknum-oknum politisi Parpol tertentu yang menulis di beranda media sosialnya, jika pengeboman di surabaya adalah upaya pegalihan isu karena naiknya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika.

Adapula yang menyebut nya sebagai konspirasi untuk menggiring opini publik, bahwa Islam identik dengan terorisme. Ada lagi yang mengaikan bahwa pengeboman itu sebagai bentuk politik anggaran, akibat adanya kecemburuan antar kesatuan aparat keamanan terkait dengan pembagian anggaran keamanan oleh negara.

Akan tetapi, pada dasarnya para “pembela” pelaku pemboman itu mudah dan sangat mudah diperhatikan kemana dan dimana afiliasi politiknya. Kemudian mudah diperhatikan dari kelompok mana. Kemudian, apakah kelompok ini sebagai bagian atau jaringan pelaku, atau pihak-pihak pemanfaat kericuhan situasi akibat bom, atau sekedar korban dari opini. Semua mudah dipetakan.

Pertanyaan sederhananya, kenapa tidak ada pihak yang menggugat jaringan pelaku pemboman, bahwa mereka adalah para penista agama (dalam hal ini Islam) karena saat beraksi mereka menggunakan simbol-simbol Islam. Tidak ada juga pihak-pihak yang menggugat aksi ini, karena setelah dilakukan penjejakan dan penggeledahan di rumah-rumah pelaku yang ikut tewas dalam aksi juga ditemukan beberapa benda yang mengindikasikan para pelaku sebagai kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam. ***


Boom Penistaan Boom Penistaan Reviewed by p on 5/17/2018 Rating: 5

No comments: