Hijau terhampar mengikuti lekuk bumi. Semilir angin mengangangguk dan
menggelengkan tiap pucuk dedaunan yang royo-royo. Damai dan indah tercipta oleh
alam menyatu dengan kreatifitas tangan manusia. Perkebunan kopi.
**
Senyum dan riang hati terselip pada tiap jumput kopi dan gula. Mengirip
tiap goyang sendok dalam cangkir. Kadang pagi, kadang siang, bahkan
kadang malam hari. Ada getar asmara saat cangkir itu dia letakkan diatas meja.
Yang lagi dan lagi terimbuhi mesra penguat rasa. Secangkir kopi wujud darimanivestasi cinta seorang istri.
**
Disana, di luar sana, hiruk pikuk orang, diatas hamparan paving blok.
Sekolompok orang menyembah Tuhannya. Tidak memilih melakukan rumah-rumah
peribadatannya karena adanya kepentingan yang tercampir aduk. Diujung
peribadatannya, ada yang memimpin menekan Tuhan agar mendukung keinginannya.
Aneh..?. Tidak, karena memang entah mereka sadar atau tidak.
**
Duduk diatas kursi, mengitari meja kecil. Beberapa orang nampak serius ngobrol.
Satu orang mendominasi obrolan, kadang dengan roman sedih, terkadangpula dengan
mimik muka yang bahagia terpaksa. Sementara orang lainnya begitu serius
memperhatikan kawannya berbicara. Mereka bersaudara diruang warung kopi.
**
Kawan, umumnya seseorang, sendiri ataupun bersama dengan sahabatnya, kencan
di warung kopi untuk sekedar melepas penat, bercengkerama, kangen-kangenan
bahkan sekedar saling tukar pikiran dan tukar persoalan.
Menikmati persahabatan rasa persaudaraan bersama secangkir kopi. Bukan
untuk saling mencela, apalagi saling membinasa.
Kopi adalah simbol persahabatan, kopi adalah simbol
persaudaraan, kopi adalah simbol kehangatan, dan bahkan kopi adalah
simbol dan manivestasi cinta seorang istri.
Bangsa Kopi adalah cinta damai, tidak seperti di negeri sana, yang
rakyatnya gemar berselisih paham, berangkat dari hampir segala persoalan
yang dibungkus dengan kata 'agama'.
Bangsa Kopi, Negeri Yang Cinta Damai
Reviewed by p
on
12/03/2019
Rating:
No comments: