Seorang
politisi; sebut saja X; melalui percakapan selular phone nya mengakhiri
percakapan dengan lawan bicaranya, untuk memperdalam diskusi daringnya di suatu
warung kopi (warkop), sebut saja warkop XX.
"Baiklah,
InshaAlloh besok pagi kita lanjut lagi di Warkop XX, jam setengah tujuh ya,
disana kita bahas lagi. Tidak enak kalau ngobrol di telepon.
Assalamualaikum...," tutup sang politisi.
Esok
paginya, tepat seperti waktu yang disepakati, politisi X telah duduk
berhadapan satu meja. Dan mengawali obrolan dengan saling memuji basa - basi,
sembari diselingi gelak tawa oleh kalimat-kalimat awal bertemu, meski
sebenarnya tidak ada yang lucu namun mampu membuat mereka tertawa keras; aneh.
Pastinya
keanehan antara keduanya bukan disebabkan oleh kopi. Karena kopi hanya jadi
alibi untuk hasrat sebenarnya namun tersembunyi.
Jika
politisi X bertemu dengan sesama politisi, mungkin ada konspirasi untuk
kepentingan praktis pun pula pragmatis.
Jika
politisi X bertemu dengan kontraktor atau pengusaha, bisa jadi ada upaya
deal-deal pekerjaan ( baca proyek); yang didalamnya ada kesepakatan vee maupun
pembagian-pembagian upaya pemulusan proyek.
Baca : Romantika Kopi
Baca : Romantika Kopi
Jika
politisi X bertemu seseorang, dan orang itu bukan politisi, kontraktor atau
pengusaha, tapi dia memiliki kharisma di mata warga dalam lingkungannya, atau
dia memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan orang banyak, bisa jadi ada
kesepakatan terkait elektoral.
Karena
akan aneh; jika politisi X mengajak keluarganya bertemubdi warkop untuk ngobrol
masalah keluarga.
Kopi
Politik,
Politik
Kopi,
Kopi
Praktis,
Kopi
Pragmatis,
Kopi
Elektoral,
Kopi
....
Kopi
....
Kopi
.....
Politik Kopi , Kopi Politik
Reviewed by p
on
11/08/2017
Rating:
No comments: