Jumat, 14 Juni 2019, saya menulis status di facebook, tentang perkiraan saya
bahwa akan turun hujan di hari Haul Guru Tua Sayyid Idrus bin Salim Aljufri.
Seorang ulama besar pendiri perguruan Islam Alkhairaat, yang berpusat di Kota
Palu - Sulawesi Tengah. Dan berkembang pesat di wilayah Indonesia Timur, bak
cahaya yang menyibak kegelapan dunia.
Alhamdulillah, Sabtu, 15 Juni 2019, ba'da dzuhur seiring mulai bergerak pulang
para jamaah haul, Kota Palu diguyur hujan dengan intensitas cukup deras.
Pantauan di media sosial sejumlah netizen mengunggah foto jalanan dan beberapa
titik tempat yang tergenang air hujan.
Memang, Kota Palu telah mulai disirami air hujan sejak sepekan sebelum Idul Fitri. Namun hujan hari ini yang paling lebat.
Memang, Kota Palu telah mulai disirami air hujan sejak sepekan sebelum Idul Fitri. Namun hujan hari ini yang paling lebat.
Namun demikian saya tetap meyakini, jika hujan tepat pada Haul Guru Tua adalah
berkah yang diturunkan Allah subhana wata'ala, sebagai jawaban atas do'a yang
dipanjatkan ribuan jamaah untuk 'Sang Kyai'; serta lantunan shalawat kepada
Rasullullah Muhammad SAW.
Pasalnya, saya menandai hal ini sejak tahun 2009, saat saya masih menjadi jurnalis di Harian Media Alkhairat. Karena, meski telah lama tidak turun hujan, bahkan pada hari peringatan Haul Guru Tua pagi harinya panas matahari begitu terik, namun ba'da dhuhur selalu turun hujan. Subhanallah.
Nah, saat hujan turun kemudian cuaca sejuk, maka itulah saat yang tepat bagi kita untuk menikmati secangkir kopi. Jika sebagian menyukai minum kopi di warkop, saya lebih suka minum kopi yang disiapkan istri.
Pasalnya, saya menandai hal ini sejak tahun 2009, saat saya masih menjadi jurnalis di Harian Media Alkhairat. Karena, meski telah lama tidak turun hujan, bahkan pada hari peringatan Haul Guru Tua pagi harinya panas matahari begitu terik, namun ba'da dhuhur selalu turun hujan. Subhanallah.
Nah, saat hujan turun kemudian cuaca sejuk, maka itulah saat yang tepat bagi kita untuk menikmati secangkir kopi. Jika sebagian menyukai minum kopi di warkop, saya lebih suka minum kopi yang disiapkan istri.
Dan saya juga sekali memiliki pengalaman menikmati kopi dirumah putra Sang
Kyai, Habib Saggaf Al Jufri, saat masih menjadi jurnalis Harian Media
Alkhairat.
Awalnya, saya cukup 'gemes' melihat ukuran Teko/Ceret keramik berisi kopi itu, apalagi melihat gelas kaca dengan ukuran yang bagi saya sangat kecil pula. Seperti gelas yang biasa digunakan para peminum Miras, yang biasa mereka sebut 'sloki'.
Namun, usai tegukan pertama, ternyata aroma kopi yang tajam itu, diperkuat dengan kandungan jahenya. Sehingga, sangat berasa perjalan kopi itu mulai ujung lidah, saat melintas tenggorokan hingga sampai lambung. Subahallah...
Awalnya, saya cukup 'gemes' melihat ukuran Teko/Ceret keramik berisi kopi itu, apalagi melihat gelas kaca dengan ukuran yang bagi saya sangat kecil pula. Seperti gelas yang biasa digunakan para peminum Miras, yang biasa mereka sebut 'sloki'.
Namun, usai tegukan pertama, ternyata aroma kopi yang tajam itu, diperkuat dengan kandungan jahenya. Sehingga, sangat berasa perjalan kopi itu mulai ujung lidah, saat melintas tenggorokan hingga sampai lambung. Subahallah...
baca juga :
Ngopi Bareng
Aristan; Menuju Palu 01 2020
Dari Pinggiran Untuk Palu 2020
Aristan, Pribadi Yang Membahagiakan
Dari Pinggiran Untuk Palu 2020
Aristan, Pribadi Yang Membahagiakan
Guru Tua, Hujan dan Kopi
Reviewed by p
on
6/15/2019
Rating:
No comments: