Sekira tiga bulan lamanya blog ini tak tersentuh olah
pikiran saya. Pasca bencana Gempa dengan
magnitudo 7,4 skala richter, Tsunami dan lekuifaksi yang terjadi di Palu - Sigi
- Donggala pada Jumat 28 Oktober 2018, terjadi semacam kejumudan di pikiran saya. Bukan karena tak pernah Ngopi atau bisa
ke warung kopi, melainkan karena urusan berkaitan dengan Pemilu 2019 ini.
Segala yang nampak pada obyek penge
Benar, saya merupakan kader salah satu partai, tapi bukan
karena tugas partai, tetapi karena saya lagi jatuh cinta kepada yang namanya
Photoshop. Sedikit keterampilanku tentang Photoshop ternyata mampu
mempertahankan ketersediaan kopi di toples kecil dekat perabot dapurku, rejeki
melalui pesanan desain baliho. Alhamdulillah.
Ada fenomena menarik yang belakangan ini saya perhatikan berkembang
ditengah-tengah kehidupan kita. Dimana seolah pandangan sosial kemasyarakatan kita
hanya menuju kearah yang lurus - sejajar dengan pandangan mata kita.
baca juga :
lihatan sosial
kemasyarakatan kita hanya yang searah dengan pandangan mata kita, sedang yang
dibawah maupun diatasnya tetap nampak tetapi kabur. Entah itu berntuk kokoh,
kuat, tegas, berkilau maupun yang berbentuk kesedihan.
Misal saja, nampak seseorang yang cantik maupun ganteng,
gagah perkasa, seksi dan montok, mungkin dia sedang tertawa terbahak ataupun
sedang berurai air mata.
Dan kita sering lupa, tentang bagaimana seseorang atau benda
berdiri. Selalu ada proses panjang hingga seseorang berdiri disuatu tempat. Kadang
kita juga mengabaikan titik dimana seseorang atau benda itu berdiri.
Lebih memprihatinkan ketika kita melupakan energi yang
menggerakkan seseorang atau benda itu berada di tempat dia berada, dialah
Tuhan; sing penguasa semesta alam. Yang dengan ke maha kuasaannya mengatur
setiap helai kehidupan ini.
Tuhan lah yang menempatkan seseorang atau benda pada
posisinya saat itu dan saat ini. Tentunya tetap ada faktor ke-aku-annya yang
diberikan akal dan pikiran.
Padangan mata kitapun sering tertipu oleh cara kita
memandang. Kadang kita melihat seseorang atau benda berdiri miring, padahal dia
berdiri tegak, melainkan karena terkadang kita memperhatikannya dengan posisi
hati, akal dan pikiran kita yang miring.
baca juga:
Palu Diguncang Gempa 7,4 SR (tulisan 2)
Kadang obyek kita nampak abu-abu (grey) atau terang (bright),
padahal semua kembali pada diri kita, dari posisi saat kita memandang, mungkin terlalu
jauh atau terlalu dekat; subyektifitas.
Disinilah, kadang perselisihan dan ketegangan itu terjadi
antara diri kita dengan lingkungan sekitar kita. Karena subyektifitas dan kita
merasa telah berada pada titik dan posisi yang benar.
Untuk menghindari ketegangan dan perselisihan itu, ada
baiknya kita memperbaiki cara dan posisi kita berdiri, jangan terlalu jauh,
jangan terlalu dekat, jangan condong/miring kekiri-kanan-atas-bawah. Dan mari
kita kembali ke titik '0' (nol).
Titik dimana segala obyetifitas milik Tuhan, sang Maha
Pengatur, Maha Pemilik serta segala ke-Maha-an itu.
Titik Nol 'Kopi'
Reviewed by p
on
1/06/2019
Rating:
No comments: