Sepanik
Apapun Jangan Lupa Ngopi
Suara
mengaji dari masjid-masjid di sekitar Kantor DPW NasDem Sulawesi Tengah telah
terdengar. Saat itu Tim Bappilu sedang rapat persiapan Rakorsus Caleg yang
rencananya dilaksanakan pada 2-3 Oktober 2018, rapat disela oleh beberapa kader
perempuan yang membawa kue ulang tahun Ferry Anwar. Satu per satu memberi
ucapan selamat dilanjutkan dengan berebut kue ulang tahun.
Pada saat
itulah, sekira pukul 16:45 wita mendadak terdengar gemuruh bumi. Gempa...
Astaqfirullah... Allahu Akbar ...
Teriakan itu
bersahutan diiringi teriakan lainnya, entah apa saja teriakan itu. Semua
berhamburan keluar ruangan dan meninggalkan gedung. Disaat yang lain berlarian
meninggalkan gedung, saya menuju pintu dapur untuk mencari putra saya, yang
saya minta menunggu di dapur sambil main game menggunakan hapenya.
Tidak ada.
Saya segera berlari menuju jalan depan kantor, Alhamdulillah, lega rasanya saat
melihat anak saya yang berumur 7 tahun dengan lincah berlari sambil terhuyung
diantara pria-pria dewasa.
Sadar bahwa
komunikasi sangat penting, maka saya kembali ke belakang kantor hendak
mengambil hape yang tertinggal di meja ruangan. Ternyata gemuruh dan guncangan
semakin kencang. Maka niat untuk kembali masuk gedung saya urungkan, dan saya
berlari menuju halaman kantor. Karena terhuyung, maka saya berjongkok diantara
tembok pagar SMP Negeri 1 Palu dan dinding kantor.
Beruntung
otak saya masih dapat berpikir panjang, sehingga saya sadar jika sedang jongkok
tepat dibawah dua bak penampungan air ukuran. Maka saya segera melompat karena
pada saat yang sama nampak jelas goyangan tembok sekolah itu. Dan, dalam
hitungan detik usai saya melompat, tembok setinggi kurang lebih 2 meter itu
roboh. Alhamdulillah, belum ajal.
Terhindar
dari robohnya pagar tembok itu, pikiran saya langsung kepada istri dan kedua
anak di rumah. Maka, segera saya berlari menuju tempat parkir motorku, yang
telah terbanting beserta puluhan motor lainnya.
Butuh tenaga
mendirikan motor disaat sedikit goncangan masih terjadi. Segera ku starter
motor dan memanggil putra pertamaku untuk pulang, sambil tak hentinya mulutku
memanggil istri dan anak-anaku di rumah. Cemas, khawatir, gugup dan entah
apalagi namanya. Singkatnya, segala rasa tidak nyaman bergumul dalam benak.
Mulai jalan
depan kantor, kepanikan terjadi, jerit tangis dan raungan manusia bersahutan di
jalanan menuju rumahku.
baca juga :
baca juga :
Palu Diguncang Gempa 7,4 SR (tulisan 2)
Gempa Palu dan Keberingasan (tulisan 3)
Azzam Bertanya, Kenapa Ada Tulisan Hidayat Mati Saja (tulisan 4)
Gempa Palu dan Keberingasan (tulisan 3)
Azzam Bertanya, Kenapa Ada Tulisan Hidayat Mati Saja (tulisan 4)
Salah satu
teman pengurus DPW NasDem Sulteng menumpang dan minta diantarkan ke toko
istrinya. Dengan panik, gugup dan kalut sembari mulutku terus mengucap
istiqfar, menyebut anak-anak dan istriku namun tetap kontrol stir motor saya
bersalipan dengan pengendara lain.
Beberapa
kali harus menarik gas mendadak karena ada aspal terkelupas dan menyembul
keatas, beberapa diantaranya ada yang setinggi 30 sentimeter. Jerit tangis
masih dan terus terdengar. Kendaraan roda dua dan empat memenuhi jalanan,
macet, menuju arah jalan Sisingamangaraja.
Arus
kendaraan juga memenuhi gang-gang kecil, saya berusaha mencari jalan pintas,
ternyata seluruh gang kecil juga ramai motor, ada juga gang kecil yang ternyata
telah putus, sehingga terpaksa kembali ke jalan utama.
Ditengah
kepanikan, beberapa kali goncangan cukup keras masih terjadi. Saya sempat
berpapasan dengan wanita yang menangis keras, berjalan setengah berlari sambil
memegang bayi merah di jalan Kihajar Dewantoro. Karena arus lalulintas tidak
bergerak, pasalnya informasi berseliweran, ada yang berteriak aspal jalan telah
naik hingga satu meter, ada yang berteriak air laut naik.
Hingga saya
menemukan jalan alternatif menuju rumah, jarak tempuh dari kantor menuju rumah
yang biasanya tidak sampai 10 menit, harus saya tempuh hingga 1,5 jam.
Dirumah,
saya mendapati istriku mendekap kedua anak kami dihalaman yang gelap. Namun di
jalan depan rumah yang biasanya sepi dan sunyi ramai lalu lalang kendaraan
pengungsi.
(bersambung)
Palu Digoyang 7,4 SR di 16:45 (tulisan 1)
Reviewed by p
on
10/16/2018
Rating:
No comments: