Azzam Bertanya, Kenapa Ada Tulisan Hidayat Mati Saja (tulisan 4)


Azzam Bertanya, Kenapa Ada Tulisan Hidayat Mati Saja (tulisan 4)

H+15 saya baru berkesempatan mengajak jalan-jalan anak pertama saya, Azzam, yang memang selalu saya bawa kemana-mana, untuk melihat-lihat kondisi kota, terutama di kawasan pesisir pantai dengan harapan bisa menemukan bangkai motor yang saya pinjam untuk dipakai kuliah anak tinggal saya.

Seperti biasa, selama perjalanan anak saya tidak berkomentar apa saja tentang segala yang dia lihat. Tetapi baru akan dia ceritakan kembali kepada ibunya dirumah dengan lancar, serta kadang dengan cara yang sok dewasa. Karena Azzam juga mewarisi beberapa sifat bawaan saya, yaitu tidak bisa dibetulkan apa saja yang dia yakini benar. Sehingga anak itu sering ngeyel dan selalu berdebat dengan ibunya.

Sesampai di rumah, sudah pasti Azzam langsung memanggil ibunya untuk bercerita tentang kehancuran kota seperti yang dia lihat dan saksikan sendiri. Setelah dia seritakan semua tentang robohnya tiang penyangga masjid terapung, SPBU, rumah, Palu Grand Mall, bangkai motor, bangkai mobil dan Jembatan Palu IV yang juga roboh.

Kemudian Azzam menengok kepada saya, nampaknya dia sadar untuk hal ini ibunya tidak tahu. 

“Ayah, kenapa tadi saya lihat ada tulisan Hidayat Mati Saja, ada juga tulisan wali kota pemuja setan, banyak sekali tulisan seperti itu saya lihat tadi,”  tanya Azzam.

Pertanyaan yang sudah saya duga akan dia utarakan, karena memang setiap jalan saya selalu perhatikan ekspresi wajahnya terhadap apa yang dia perhatikan.

“Karena banyak orang yang marah dengan walikota,” jawab saya.

“Kenapa marah?” cecar Azzam kepada saya.

“Waktu terjadi gempa, Pemkot Palu mengadakan upacara namanya Balia di pantai, dibawah jembatan kuning itu. Katanya potong kerbau, darahnya dialirkan ke sungai menuju laut. Upacara itu yang diyakini banyak orang sebagai penyebab gempa, tsunami dan likuifasi, karena dalam upacara itu memanggil roh-roh dari gunung-gunung dan lainnya,”  terang saya singkat.

baca juga :

Ya, seperti diketahui, kehidupan masyarakat Kota Palu dikenal reliji, karena kota ini juga merupakan pusat pendidikan Islam terbesar di Indonesia Timur, yaitu Yayasan Pendidikan Alkhairaat yang didirikan Guru Tua.

Sementara Balia merupakan ritual adat leluhur Suku Kaili yang sebenarnya bertujuan untuk pengobatan orang sakit non medis. Konon Ritual Balia dilaksanakan dengan syarat-syarat khusus, yang tidak bisa dilakukan oleh sembaranan orang. Selain itu juga sifatnya tertutup.

Oleh Wali Kota Palu, Hidayat. M.S,i  yang pada Jumat, 28 September 2018 merupakan tahun kedua kepemimpinannya, dia jadikan Ritual Balia ini sebagai tontonan, hiburan melalui acara pesta ulang tahun Kota Palu yang namanya ‘Palu Nomoni’ (artinya Palu Berbunyi).

Meski hanya hiburan, namun Ritual Balia pada Festival Palu Nomoni dilaksanakan layaknya ritual pengobatan adat pada umumnya. Mulai dari sesajian hingga prosesi penyembahan darah hewan. Inilah yang diyakini sebagian besar masyarakat Kota Palu sebagai penyebab bencana yang menghilangkan ribuan nyawa, ribuan orang terluka dan hilang, hancurnya rumah bahkan kehancuran bagi wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.

Ditambah lagi teringatnya masyarakat Kota Palu terhadap fenomena alam yang terjadi pada Festival Palu Nomoni 2017, dimana pada saat kegiatan berlangsung diiringi terjadinya hujan angin dan petir di sekitaran pantai tempat kegiatan tersebut berlangsung. Dan berbagai peristiwa aneh setelahnya.

Namun, para ilmuwan ahli memiliki pendapat dari segi keilmuannya terhadap paket bencana lengkap Gempa, Tsunami dan Likuifasi ini, yakni akibat pergerakan ekstrim Palu Koro. (bersambung)

Azzam Bertanya, Kenapa Ada Tulisan Hidayat Mati Saja (tulisan 4) Azzam Bertanya, Kenapa Ada Tulisan Hidayat Mati Saja (tulisan 4) Reviewed by p on 10/17/2018 Rating: 5

No comments: