Kreatifitas berbahasa, kalau saya secara pribadi lebih suka menyebutnya
akrobatik verbal, muncul disaat jiwa dalam kondisi tertekan kencenderungan
perasaan.
Seorang yang tengah dimabuk gundah gulana oleh asmara, bisa mendadak sok puitis. Begitupula disaat seseorang gagal ekspektasi cintanya, mendengar lagu potong bebek angsa dikuali saja bisa bercucuran air mata, karena lagu anak-anak itu bisa saja dia maknai mewakili kondisi batinnya.
Pemilihan Presiden (Pilpres), merupakan event politik paling akbar suatu negara, menjadi masa dimana pertarungan kata-kata sangat penting sekedar untuk mengunggulkan pilihannya, atau sebaliknya untuk menjatuhkan lawan dari sosok pilihannya.
------------------------------------------
Baca juga :
Jaringan Caleg Dari Dapil Warkop
Seorang yang tengah dimabuk gundah gulana oleh asmara, bisa mendadak sok puitis. Begitupula disaat seseorang gagal ekspektasi cintanya, mendengar lagu potong bebek angsa dikuali saja bisa bercucuran air mata, karena lagu anak-anak itu bisa saja dia maknai mewakili kondisi batinnya.
Pemilihan Presiden (Pilpres), merupakan event politik paling akbar suatu negara, menjadi masa dimana pertarungan kata-kata sangat penting sekedar untuk mengunggulkan pilihannya, atau sebaliknya untuk menjatuhkan lawan dari sosok pilihannya.
------------------------------------------
Baca juga :
------------------------------------------
Seorang yang telah memiliki pilihan politik, ibarat remaja sedang jatuh cinta
sehingga untuk menasehatinya terkadang menjadi hal yang sia-sia.
Jelang Pilpres 2019, dimana sudah dapat dipastikan Prabowo Subianto dan Joko Widodo akan kembali bertarung untuk memperebutkan RI 1, telah melahirkan dua istilah bagi masing-masing pendukung dan simpatisan. Sebutan Kampret bagi pendukung dan simpatisan Prabowo Subianto, dan Kecebong untuk pendukung Joko Widodo.
Namun kali ini saya hanya fokus ke sebutan dan istilah Kampret. Bagi saya pribadi ini menjadi hal menarik karena baru tau, jika sebenarnya kampret merupakan kelelawar atau codot atau lowo.
Sebab, selama ini saya mengira jika Kampret hanyalah kata makian atau umpatan biasa oleh orang jawa. Yang setingkat atau dua tingkat dibawah kata makian dancuk atau jancuk.
Jelang Pilpres 2019, dimana sudah dapat dipastikan Prabowo Subianto dan Joko Widodo akan kembali bertarung untuk memperebutkan RI 1, telah melahirkan dua istilah bagi masing-masing pendukung dan simpatisan. Sebutan Kampret bagi pendukung dan simpatisan Prabowo Subianto, dan Kecebong untuk pendukung Joko Widodo.
Namun kali ini saya hanya fokus ke sebutan dan istilah Kampret. Bagi saya pribadi ini menjadi hal menarik karena baru tau, jika sebenarnya kampret merupakan kelelawar atau codot atau lowo.
Sebab, selama ini saya mengira jika Kampret hanyalah kata makian atau umpatan biasa oleh orang jawa. Yang setingkat atau dua tingkat dibawah kata makian dancuk atau jancuk.
Dancuk sendiri
sejauh yang saya pahami selama ini adalah makian khas beberapa daerah di jawa,
yang tidak dinisbatkan kepada benda atau alat vital manusia.
Berbeda dengan
makian khas beberapa daerah di Sulawesi, misal tailaso yang dalam bahasa
orang Sulawesi Tengah artinya alat vital laki-laki.
Kata makian
dan umpatan, entah dia merupakan sebutan untuk alat vital tubuh maupun tidak,
yang jelas dia keluar dari mulut seseorang saat sedang dalam keadaan emosi,
marah dan kehilangan sisi positif dirinya.
Ketika suatu
kata yang berkonotasi negatif itu keluar dari mulut seseorang, kemudian sampai
ke indera pendengaran orang lain. Pastinya akan menimbulkan dampak negatif bagi
orang lain, mungkin marah mungkin pula tersinggung. Ketika orang yang dalam
keadaan marah mengeluarkan makian, lantas menimbulkan marah bagi orang yang
mendengar, maka yang tercipta adalah kondisi chaos.
Dalam Islam
sendiri pemeluknya dilarang panggil memanggil orang dengan panggilan setelah
iman. Sedangkan Kampret, ternyata adalah sebutan untuk hewan yang dipahami
penggunanya di sosial media sebagai binatan yang tidur terbalik, makan terbalik
dan makan sembarangan karena kepalanya selalu dibawah.
Nah, sebagai
orang Islam, yang mengaku sebagai orang beriman, apakah kita tetap akan
menggunakan panggilan itu. Saya sendiri tidak. Karena meski pilihan politik
saya kepada jokowi, yang tidak akan berubah pilihan.
Karena, jangan sampai ketidak sukaan kita
terhadap suatu kaum, membuat kita berbuat tidak adil. Kalimat inipun berasal
dari ayat suci Alqur’an.
So... apa
hubungannya dengan kopi? Tidak ada hubungannya.
Kampret - Dancok dan Kopi
Reviewed by p
on
9/19/2018
Rating:
No comments: