“Dek, pagi
ini kopi racikanmu terasa lebih pekat dan mengikat...,”
“Dek, matur
suwun ya, kopimu bikin aku tambah mesra padamu...”
Maaf, itu bukan
status cak Jabbar Abdullah, tapi ngawurisasi saya pribadi sebagai pembuka
tulisan singkat tentang beliau, seorang pria Pecinta Kopi; namun cintanya
kepada kopi tidak sembarang cinta, karena kemampuannya mengawinkan kopi dengan
literasi, seni dan budaya.
Cak Jabbar
Abdullah saya kenal di kesempatan Sekolah Jurnalis Kebudayaan (SJK) II yang diselenggarakan PWI Pusat bekerjasama dengan
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud di Hotel Gumati Bogor, tahun 2014.
Pembawaannya
kalem, hemat bicara bahkan nyaris tak terdengar, bahkan saat dia membacakan
puisi pada kegiatan itu.
Secara pribadi
saya kesengsem dengan sosok cak Jabbar bukan sejak bersama menjadi siswa SJK
II, justru sekian tahun setelah saya melihat dan membaca status-status anehnya
yang selalu muncul di beranda Facebook saya.
Aneh, karena
foto-foto cangkir yang dia unggah pada akun media sosial facebooknya hampir
selalu dalam format tampilat siluet. Saya tidak pertanya bertanya langsung
kepada beliau, alasan apa sehingga foto-fotonya selalu diunggah dalam format
siluet.
Saya hanya
menduga karena beberapa alasan, pertama cangkir kopi yang berbahan (orang jawa
khususnya Blitar menyebutnya seng,kadang gembreng) yang sudah usang, lecet dan
penuh tembelan.
Atau, kalau
meminjam istilah Jaman Now, siluet itu adalah hasil penerawangan beliau bahwa
kehidupan ini selalu mengikuti fitrah Tuhan, keseimbangan, hitam – putih, atau
dalam istilah Filosofi Cina disebut Yin-Yang.
Atau, bisa
juga siluet itu sebagai bentuk protes beliau, yang melihat gejala adanya sekelompok
atau beberapa kelompok makhluk yang menolak warna-warni hidup, sehingga hendak
memaksakan pihak lain untuk menjadikan satu warna. Sehingga jika ada yang
berbeda, maka yang berbeda akan dia anggap musuh.
Notte : Cak Jabbar, penjelasan nanti saja ya, baik
melalui eMail, WA , Inbox atau komen di bawah postingan hehehe.
Dan, hampir
dipastikan pula, dalam Kopi Siluet cak Jabbar, sebenarnya sangatlah kaya dengan
pesan, sangat beragam, penuh makna tentang warna-warni kehidupan.
Konon kabarnya,
menurut informasi dari Facebook, Cak Jabbar ini berasal dari Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur, dia ini Humas Kelompok Seni Ludruk Karya Budaya
Mojokerto.
Pria aneh
yang hemat kata saat komunikasi verbal, namun ‘nylekit’ dalam komunikasi
tulisan ini, tidak hanya menyandingkan kopi hitamnya dengan persoalan sosial,
tetapi dia juga mengawinkan kopi dengan buku, dengan koran, majalah hingga
media daring. Malahan sekarang dia tengah gencar mengawinkan kopi dengan gamelan,
dengan seni pertunjukan ludruk.
Konon, cak
Jabbar kondisi cak Jabbar itu karena dirasuki aktifitasnya yang tengah
melakukan riset tentang Ludruk.
Yah....
Hanya ini
yang bisa saya tulis tentang sosok Jabbar Abdullah. Jika Anda ingin
bersilaturahmi dengannya, silahkan KLIK beberapa link dibawah ini :
FACEBOOK : Jabbar Abdullah
BLOG : jallazim
BLOG : jallazim
#Bangsa(t)_Kopi
#Kopi_Bangsa(t)
#KopiCinta
#CintaKopi
#BebaskanDiriDenganMenulis
#CintaMenulis
#BeJo_BaPer
#Kopi_Bangsa(t)
#KopiCinta
#CintaKopi
#BebaskanDiriDenganMenulis
#CintaMenulis
#BeJo_BaPer
Kopi Hitam Rasa Buku dan Gamelan Racikan Jabbar Abdullah
Reviewed by p
on
11/17/2017
Rating:
No comments: