Kawan saya berpendapat, terjungkalnya Dovioso akibat gaya kemaruk Lorenzo yang ngotot tidak bersedia memberikan sedikit jalan bagi Dovioso agar dia bisa memberikan perlawanan terhadap tim lawan.
Dan akhirnya Tim Ducati ini harus gigit jari karena sama-sama jatuh dan sama-sama tak naik podium.
Bagi saya, ini hal biasa dan tidak ada yang istimewa, karena celaka dan kecelakaan, apalagi tidak meraih posisi 1, 2 atau 3 adalah hal biasa dalam pertandingan. Yang menarik adalah sikap dan perlakuan tim terhadap kedua ridernya yang tetap menyambut mereka bak pahlawan.
Jika di kita, di Indonesia pada umumnya mungkin mereka akan disambut dengan kata-kata mesra, mulai dancuk, asu, suntili, tailaso, cuki mai atau kata-kata makian lainnya sesuai daerah masing-masing.
Kata kawan saya lainnya, "Itulah mereka, tidak seperti kita, jangankan menghargai, malahan seringkali kita jauh lebih pintar dari yang menjalani,".
Lantas, apa kaitannya dengan gerai Excelso?. Tidak ada, kecuali karena kemaruk saya saja yang lagi beruntung, karena pada kesempatan nonton Moto GP kali ini kebetulan ditraktir kawan di gerai Excelso - Palu Grand Mall.
Sambil menikmati kopi branded, padahal soal rasa sama saja dengan yang di kaki lima.
Saya juga heran, kita ini suka menikmati brand atau lebih pada substansi rasa kopi sendiri. Tapi itulah yang berulangkali saya sebutkan pada tulisan lainnya, bahwa kopi juga adalah soal gaya hidup / style.
So... mari kita cinta brand lokal, brand dalam negeri, brand anak negeri. Ada kopi luwak, kopi toraja, kopi kulawi atau lainnya.
#KopiBangsa(t)
#Bangsa(t)Kopi
#cintakopi
#kopicinta
Ketika Dovioso Terpelanting di Gerai Excelso
Reviewed by p
on
11/14/2017
Rating:
No comments: